apa jadinya jika sebuah bintang bersinar kesorean?
saat bintang-bintang lain mengangkasa, dia tlah lelah beranjak
saat bintang-bintang lain benderang, dia enggan mengerling
saat bulan bersinar indah, dia hanya tertegun
saat awan menari, dia hanya mampu memandang
saat angin berhembus kencang, dia hanya tersenyumadakah yang mampu membuatnya bersinar kembali?
adakah yang berdaya mengajaknya leluasa menari lagi?
mungkin purnama, mega, mentari atau halimun
Tulisan di atas terinspirasi dari diary masa kecilku yang ditulis oleh nenek tercinta. Masa dimana aku menjadi little princess di istana hangat yang dikelilingi bunga-bunga indah.
Setiap tahun di tanggal dan bulan sama, aku selalu teringat buku itu, dan membuatku tersadar bahwa telah lama aku menghirup embun pagi, melewati ratusan purnama yang datang, juga ribuan mentari yang silih berganti.
Tapi sepertinya hingga kini langkahku hanya sebatas kura-kura. Semoga dalam dua belas purnama ke depan, aku dapat melompat bagai kelinci, berlari seperti kucing atau mungkin jaguar.
Ah, andai beliau masih hidup di zaman serba hi-tech ini, mungkin diary itu akan dituangkan dalam sebuah blog. Bukan tak mungkin beliau menjadi blogger kondang yang digandrungi, karena tulisan-tulisannya yang tulus, setulus cintanya padaku.
we laughed until we had to cry
and we loved right down to our last goodbye
we were the best, I think we’ll ever be…
(St. Elmo’s Fire – David Foster)